1. Warna musik yang seragam dari setiap band. Apa perbedaan gaya
musik Ungu, Radja, Repvblik, Julliete, Samsons, Nidji, Jagostu, Element,
Dewa 19, dll (saya bahkan tidak tahu lagi band2 Indonesia). Kalau ada
yang beda dikit langsung hilang kalah termakan pasar. Tidak ada warna
yang unik. Seharusnya kita ini disebut saja I-Pop yakni Indonesian Pop
sedangkan diluar negeri ada J-Rock, BritRock, American Rock.
2. Berpakaian “heboh” layaknya “rockstar” dunia padahal lagu mereka
“mellow” mendayu habis. Saya bahkan harus menyaksikan beberapa cuplikan
iklan Ungu Extra Joss untuk memastikan bahwa mereka benar-benar Ungu,
karena gaya berpakaian mereka disana melebihi band KISS atau
AC/DC.hehe..Juga band-band lainnya (saking banyaknya) yang berpakaian
sangat trendy dan fashionable untuk hanya sekedar menyanyikan lagu
sendu. Kaos dan celana ketat ditambah jaket kulit plus sepatu Doc Marten
dan make-up Gothic merupakan ciri umum band Indonesia saat ini
berbanding terbalik dengan lagu yang mereka bawakan. Itu yang nggak
masuk akal sehat ku.
3. Cinta, cinta dan cinta…tema yang pasti akan aku temui dari setiap lagu Indonesia sekarang. Memang lagu-lagu Barat juga banyak yang bertemakan cinta, tapi satu hal yang membedakan bahwa lagu cinta mereka bukanlah puisi atau untaian kata-kata indah nan menyentuh melainkan lebih dari ungkapan perasaan sehari-hari. OK, aku masih terima kalau yang membawakannya penyanyi solo seperti Delon, Ari Lasso, Baim, Krisdayanti, Titi DJ, Ruth Sahanya, Anggun, dll tapi ya kok band-band yang berlagak rock…jadi hilang feeling deh…
4. Parahnya lagi, karena fenomena ini sudah sangat berlangsung lama
dan terus menerus maka sekarang tercipta tradisi musik Indonesia adalah
“mellow”. Siapa sangka kita yang dulu pernah melahirkan band-band rock
cadas, seperti GodBless, sekarang menghasilkan band sekelas Kangen Band.
Dan anehnya musik mereka diterima lagi oleh pasar Indonesia. Singkatnya
kalau di dunia Barat (Amerika) band-band disana berlomba-lomba
menghasilkan warna musik yang lebih cadas namun disini semua band
berlomba-lomba membuat musik yang “kalau bisa sesedih mungkin”. Aku
belum pernah dengar Promotor Musik sekelas Javaindo menyelenggarakan
konser tunggal Ungu di Jakarta Convention Center atau membawa ke
Indonesia band luar yang sesedih mungkin. Dan anak-anak muda pun
sekarang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari band-band ini.
Pakaian luar boleh rock-out abizz tapi didalam hatinya musik tetap
Kangen atau Repvblik Band.
Oh ya beberapa waktu lalu pernah baca juga sebuah artikel di majalah
GATRA, disana disebutkan bahwa para pendengar musik di Indonesia ini
hanya melihat lagu-lagunya saja bukan band-nya jadi kalau ada satu lagu
yang hit ya mereka suka lagunya doang dan belum tentu bandnya. Jadi band
disini lebih menciptakan lagu berdasar selera pasar. Anda bisa melihat
sendiri kan contohnya.
5. Nggak ada yang masuk dihati…dari sekian banyak band-band Indonesia
tak satupun yang benar-benar aku sukai (kecuali Jamrud-satu2nya band
Indonesia yang aku pernah beli kasetnya). Alasan ini terkait dengan
alasan no 1, 2, 3 dan 4. Sejujurnya aku lebih hormat dan suka dengan
lagu era akhir 80an dan 90an seperti Lagu Gombloh, Ari Wibowo, Iwan Fals
(yang dulu) dan Farid Hardja. Lagu-lagu mereka walaupun bertema cinta
merupakan simbol dari kesederhanaan dan kejujuran dalam bermusik, no
poem just straight to the point and most of all no bullshits..!
Aku gak mau nanti di masa tuaku menyesal karena di masa mudaku
menyiakan-menyiakan peluang untuk mendengar dan menjadi bagian dari
musik yang lebih berwarna. Apakah 20 tahun lagi band seperti Radja,
Ungu, Kangen, Repvblik, dll musiknya masih tetap ada? I don’t think so…
sumber: http://dionbarus.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan masukkan komentar anda